Category Archives: climate change

Prof Widi: Kemitraan, Strategi Meningkatkan Kesiagaan Masyarakat Pesisir

Indonesia adalah negara yang luas, 34 propinsi, 98 kota, 415 kabupaten. Di wilayah pesisir dengan kerentanan yang tinggi dibutuhkan kesiapsiagaan masyarakat dan pelibatan generasi muda.

Manajemen Bencana Berbasis Masyarakat perlu diterapkan, melalui kolaborasi Perguruan Tinggi dan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan BNPP serta para penyuluh perikanan yang tersebar didaerah-daerah.

Topik ini akan dibahas Prof Widi Agoes Pratikto, Guru Besar Teknologi Kelautan ITS, dalam acara FGD Seri Mitigasi Bencana Pesisir, yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Kelautan BRSDMKP pada tanggal 26 Oktober 2021 bersama para pakar lainnya.

Pada FGD seri pertama ini akan mengambil tema Strategi Mitigasi Penurunan Tanah dan Banjir Rob Pantura.

Prof. Widi: Kemitraan dalam Membangun Ketahanan Masyarakat Terhadap Bencana di Wilayah Segitiga Karang Dunia; Kasus Indonesia

Kawasan Segitiga Karang Dunia (Coral Triangle/CT) terletak di sepanjang khatulistiwa di pertemuan Samudra Pasifik Barat dan Samudra Hindia. Ini mencakup bagian dari ZEE (zona ekonomi eksklusif) dari enam negara yaitu: Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste .

Pada tahun 2007, Negara-negara Segitiga Terumbu Karang bersatu untuk membentuk CTI CFF (Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Securities).

Kawasan Segitiga Karang memiliki 75 persen dari semua spesies karang yang dikenal. Daerah ini dianggap sebagai pusat global kelimpahan dan keanekaragaman biota laut. CT berfungsi sebagai daerah pemijahan dan pertumbuhan remaja untuk perikanan tuna terbesar di dunia (Vernon, 2009).

Kawasan Segitiga Terumbu Karang rentan terhadap Kerentanan akibat bencana seperti: Perubahan Iklim, Kenaikan Permukaan Laut, Gelombang Badai, Kenaikan Suhu Permukaan Laut, dan Pengasaman Laut, dll.

Di antara negara-negara CT 6 tersebut, Indonesia adalah yang terbesar dari segi luas wilayah dan juga perairan lautnya. Indonesia juga merupakan Negara yang kompleks yang memiliki jumlah Penduduk yang besar dan memiliki begitu banyak suku, dan bahasa yang berbeda.

Topik menarik ini disampaikan Prof Widi Agus Pratikto dalam makalah pada acara ISOCEEN 2014 (2nd International Seminar on Ocean and Coastal Engineering, Environment and Natural Disaster
Management, 2014).

Guru Besar Fakultas Teknologi Kelajutan ITS ini bersama partnernya yang juga Guru Besar FTK ITS, Prof Suntoyo, dalam makalah ini membahas bagaimana membangun Ketahanan Masyarakat terhadap bencana di kawasan Segitiga Terumbu Karang dan dengan penekanan pada kasus Indonesia.

Indonesia, letaknya antara 95 – 141 derajat Bujur dan antara 6 – 11 derajat Lintang. Ini terdiri dari lebih dari 17.000 pulau dan populasinya adalah 241.452.952 (2013, Statistik). Sebagian besar penduduk atau sekitar 145 juta (60%) tinggal di sepanjang pantai. Indonesia dengan keanekaragaman yang sangat kaya juga memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km.

Indonesia adalah negara yang luas dengan jumlah: 34 Provinsi (Negara Bagian), 98 Kota, 410 Kabupaten, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri (2013). Indonesia, berdasarkan lokasinya menghadapi kemungkinan bencana yaitu gempa bumi dan tsunami, banjir, angin topan dan badai, perubahan iklim dan kenaikan muka air laut (SLR), dan lain-lain.

Karena sebagian besar wilayah pesisir berpenduduk (145 juta jiwa) dan memiliki situasi wilayah pesisir yang rawan terhadap potensi bencana maka perlu dilakukan peningkatan kapasitas masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah pesisir Peningkatan kapasitas kepada masyarakat atau kepada masyarakat akan mencerminkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bahaya dan bencana pesisir. Masyarakat Pesisir di kawasan Segitiga Terumbu Karang cukup sering mengalami bencana seperti: Perubahan Iklim, Kenaikan Permukaan Laut, Gelombang Badai, Kenaikan Suhu Permukaan Laut, dan Pengasaman, dll.

Dalam makalah ini Prof Widi dan Prof Sutoyo lebih rinci menguraikan Masyarakat, Bencana, dan Membangun Ketahanan Masyarakat Melalui Kemitraan.

Untuk lebih tahu terkay\t makalah ini, anda dapat mendowloadnya melalui link berikut:

Partnership in Building Community Resilience on Disaster in the
Region of Coral Triangle, Indonesian Case

WEC: World Energy Trilemma

trillema

“Priority actions on climate change and how to balance the trilemma”

The 2015 World Energy Trilemma report is published in a year that is likely to be remembered as one of the most important for the global energy sector in recent history. Decisions made – or not made – will leave an indelible mark on the sector, which could have an impact on the world for generations to come.

The Clean Energy Ministerial members will come together for the sixth time in Mérida, Mexico. Ministers will identify the critical next steps needed to accelerate the transition to a global clean energy economy, a process that the World Energy Council believes is absolutely essential to ensure that the three pillars of the energy trilemma – energy security, energy equity and environmental sustainability – are met across the globe. Continue reading WEC: World Energy Trilemma