Rista Rama Dhany – detikfinance
Sejumlah tantangan berat di sektor energi harus dihadapi pemerintahan baru Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) adalah impor BBM dan minyak mentah yang makin tinggi.
Jika dihitung secara kasar, kapasitas kilang yang dimiliki Indonesia saat ini hanya 1 juta barel per hari, sementara kebutuhan BBM nasional 1,5 juta barel per hari. Dari kapasitas saja sudah kurang 500.000 barel per hari, belum lagi produksi nasional hanya 792.000 barel per hari. Ini tidak semua dimiliki negara, karena harus dipotong bagian investor (kontraktor kontrak kerjasama/KKKS).
Susilo Siswoutomo saat menjabat Wakil Menteri ESDM mengungkapkan, Indonesia mengimpor minyak mentah sekitar 400.000 barel per hari, dan BBM sekitar 500.000 barel per hari.
Sementara untuk membangun kilang minyak baru, sampai saat ini baru sebatas rencana bahkan wacana. Sempat ada kabar dua investor seperti Saudi Aramco dan Kuwait Petroleum bekerjasama dengan PT Pertamina akan membangun kilang minyak ,namun tak kesampaian. Ada lagi wacana pemerintah menggandeng investor asing yang berminat membangun kilang di Indonesia, pemerintah menyiapkan lahan di Bontang, Kalimantan Timur, namun sama nasibnya sampai saat ini tak ada perkembangan.
Bahkan jauh sebelumnya, pemerintah menyiapkan dana multiyears di APBN untuk membangun kilang minyak, namun seiring perkembangan waktu dana tersebut dihapus di APBN.
Indonesia membutuhkan paling tidak 2 kilang dengan kapasitas masing-masing 300.000 barel per hari. Untuk 1 kilang dibutuhkan dana sekitar Rp 90 triliun. Banyak orang bilang dengan hanya mengurangi anggaran subsidi BBM yang tiap tahun sekitar Rp 300 triliun, sebenarnya apa susahnya membangun kilang?
Kalau punya tambahan 2 kilang minyak baru kapasitas total kilang bisa mencapai 1,6 juta barel, memang yang akan meningkat impor minyak mentah, tapi yang berkurang impor BBM. Impor minyak mentah jauh murah daripada impor BBM.
Tidak hanya itu, sebagian besar kilang minyak nasional juga berusia tua, artinya efisiensi kilang juga makin turun. Jadi jika tidak ada insentif dari pemerintah, produksi BBM dalam negeri justru lebih mahal daripada impor BBM jadi.
Indonesia saat ini mengimpor banyak sekali minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM), pasalnya selain kebutuhan BBM tinggi, produksi minyak dan kapasitas kilang yang dimiliki tidak cukup.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor minyak pada Maret 2014, impor hasil minyak (Bahan Bakar Minyak/BBM) mencapai US$ 2,3 miliar.
Angka tersebut naik 11,51% atau US$ 3 juta dibandingkan dengan Februari 2014 yang mencapai US$ 2 miliar.
Jumlah kapasitas kilang terpasang di Indonesia sendiri hanya mencapai 1 juta barel per hari, sementara kebutuhan BBM di Indonesia diperkirakan mencapai 1,5 juta barel per hari.
Lantas di mana saja kilang-kilang minyak Indonesia berapa dan berapa kapasitas masing-masing?
Berdasarkan data PT Pertamina dan beberapa sumber lainnya, yang dikutip detikFinance, Kamis (8/5/2014), ini lokasi kilang-kilang minyak di Indonesia.
1. Kilang Pangkalan Brandan
Kilang tersebut milik Pertamina dengan nama Pertamna Unit Pengolahan I Pangkalan Brandan, Sumatera Utara.
Kapasitas kilang ini mencapai 5.000 barel per hari, sayangnya kilang ini sudah ditutup sejak awal 2007 karena tidak cukupnya pasokan minyak mentah maupun gas. Apalagi kilang ini sudah sangat tua sekali.
Unit pengolahan minyak Pangkalan Brandan memiliki sejarah panjang sebagai pelopor dimulainya eksplorasi minyak di Indonesia.
Pangkalan Brandan sudah ada sejak 1883, ketika konsesi pertama pengusahaan minyak diserahkan Sultan Langkat kepada Aeilko J.Zijlker untuk daerah Telaga Said dekat Pangkalan Brandan. Pada tahun 1892, kilang minyak di Pangkalan Brandan yang dibangun Royal Dutch mulai berjalan.
Selanjutnya pada 1901 saluran pipa Perlak-Pangkalan Brandan selesai dibangun. Baru pada 1945, lapangan minyak sekitar Pangkalan Brandan diserahkan pihak Jepang atas nama sekutu kepada bangsa Indonesia. Sejarah Pangkalan Brandan yang panjang sempat membuat masyarakat menolak keputusan Pertamina itu.
2. Kilang Dumai/ Sei Pakning di Riau
Kapasitas kilang Dumai mencapai 127.000 barel per hari.
Berbagai produk bahan bakar Minyak (BBM) dan Non Bahan Bakar Minyak (NBBM) telah dihasilkan dari kilang Putri Tujuh Dumai – Sungai Pakning dan telah didistribusikan ke berbagai pelosok tanah air dan manca negara.
Kilang ini dimiliki oleh Pertamina dengan nama Pertamina Unit Pengolahan II Dumai.
3. Kilang Plaju, Sumatera Selatan
Kilang minyak miliki Pertamina ini memiliki kapasitas produksi mencapai 133.000 barel per hari.
Kilang ini terintegrasi dengan kilang Petrokimia, dan memproduksi produk-produk Petrokimia yaitu Purified Terapthalic Acid (PTA) dan Paraxylene.
4. Kilang Cilacap
Unit Pengolahan IV Cilacap merupakan salah satu dari 7 jajaran unit pengolahan di tanah air, yang memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348.000 barrel/hari, dan terlengkap fasilitasnya. Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.
Selain itu kilang ini merupan satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah air.
5. Kilang Balikpapan
Kilang yang berada di Kalimantan Timur memiliki kapasitas produsi sebanyak 260.000 barel per hari.
6. Kilang Kasim
Berdasarkan data Pertamina, kilang BBM Kasim dibangun diatas areal seluas kurang lebih 80 HA. dan terletak di desa Malabam kecamatan Seget kabupaten Sorong Papua bersebelahan dengan Kasim Marine Terminal (KMT) Petro China, kurang lebih 90 km sebelah selatan kota Sorong. Kilang tersebut mulai beroperasi sejak Juli 1997 sampai saat ini.
Kilang BBM Kasim mengolah crude lokal produksi daerah kepala burung Papua. Lokasi Kilang BBM ini dipilih disekitar area Petro China dengan dasar pertimbangan:
– Menghemat Biaya Transportasi karena dekat dengan Sumber Bahan Baku (Crude) dan Pasar
– Mengurangi Biaya Investasi dengan memanfaatkan beberapa fasilitas yang tersedia diarea Petro China antara lain Dermaga, Acces Road, Tanki Dan Lain – Lain.
– Tersedianya Area dengan luas yang cukup untuk Pengembangan Kilang BBM Kasim diwaktu yang akan datang.
– Lokasi Kilang Di Tengah Hutan (Jauh Dari Pemukiman Penduduk).
Kilang BBM Kasim mempunyai kapasitas 10.000 barrel / hari, dirancang untuk mengolah Crude(minyak mentah) Walio (60%) dan Salawati (40%). Produk yang dihasilkan adalah :
– Fuel Gas : 969 Barrel / Hari
– Premium : 1.987 Barrel / Hari (Unleaded)
– Kerosene : 1.831 Barrel / Hari
– Ado (Solar) : 2.439 Barrel / Hari
– Residue : 3390 Barrel / Hari
Dari total produksi BBM RU VII dapat memberi kontribusi sekitar 15 % dari total kebutuhan MALIRJA (MALUKU & IRIAN JAYA).
7. Kilang Balongan
Kilang ini merupakan kilang paling terakhir dibangun Pertamina dari tujuh kilang yang dimiliki Pertamina.
RU VI Balongan mulai beroperasi sejak tahun 1994. Kilang ini berlokasi di Indramayu (Jawa Barat) sekitar ±200 km arah timur Jakarta, dengan wilayah operasi di Balongan, Mundu dan Salam Darma. Bahan baku yang diolah di Kilang RU VI Balongan adalah minyak mentah Duri dan Minas yang berasal dari Propinsi Riau.
Kilang ini memproduksi seperti Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Solar, Pertamina DEX, Kerosene (Minyak Tanah), LPG, Propylene, Pertamina RU VI mempunyai kontribusi yang besar dalam menghasilkan pendapatan baik bagi PT Pertamina maupun bagi negara. Selain itu RU VI Balongan mempunyai nilai strategis dalam menjaga kestabilan pasokan BBM ke DKI Jakarta, Banten, sebagian Jawa Barat dan sekitarnya yang merupakan sentra bisnis dan pemerintahan Indonesia.