Menurut pendiri/ketua IICE (Luluk Sumiarso), kondisi penyediaan energi saat ini didominasi oleh energi fosil yang tidak terbarukan dan bahkan disubsidi. Energi terbarukan kurang dimanfaatkan (<5% ) karena dianggap mahal, sementara penggunaan energi fosil yang berlebihan mengakibatkan meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca yang berakibat pemananasan global dan perubahan iklim.
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pengelolaan energi nasiional adalah menyediakan energi untuk masyarakat banyak yang available, reliable, and affordable. Oleh karenanya dalam penyediaan energi nasional harus dilakukan secara berkelanjutan, berkecukupan, berkeadilan, mandiri dan berdaulat.
Strategi pengelolaan energi masa depan dapat dipilih dengan pendekatan fast brown (business as usual) dimana tetap mengandalkan energi fosil, atau fast green (pesimistik) dengan langsung beralih (mengandalkan) energi terbarukan, atau fast blue (realistik), dengan gas sebagai energi transisi.
Dengan situasi dan kondisi saat ini, paradigma yang perlu dibangun adalah efisienkan penggunaan energi, minimalkan penggunakan energi fosil (minyak bumi dan batubara), menggunakan gas bumi sebagai langkah interim, dan memaksimalkan penggunan EBT, dengan gas sfosil sebagai balance.
Sehingga implikasikasinya adalah pada energi leadership, ynag mempunyai kapasitas dan integritas dan wawasan bagaiman mengelola energi sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat, mampu berpikir “Out of the Box”, dan keberanian untuk mengambil keputusan.